Minggu, 14 Agustus 2011

Dakwah Fardhiyah




Hakikat dakwah fardiyah, berawal dari definisi dakwah. Secara bahasa (etimologis) berarti seruan atau permohonan. Sedangkan menurut syara’ (istilah) ada beberapa pendapat yang mengungkapkan, salah satunya adalah Syaikh Muhammad Ash-Showwaf.  Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa hidayah sang kholiq kepada makhluk.
Dari kesemua pendapat tentang definisi dakwah berimpit pada satu titik temu. Yaitu,  bahwa dakwah bukan hanya terbatas pada penjelasan&penyampaian semata, namun juga menyentuh pada pembinaan dan takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan  masyarakat Islam.
Metode dan Sarana dakwah mencakup seluruh aktivitas kehidupan. Dakwah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi mas’uliyah (tanggung jawab) yang harus dipikul kaum muslimin seluruhnya.
Fungsi dan buah dari dakwah, antara lain : pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan robbani dalam perjuangan melawan kebatilan dan jahiliyah. Kedua, menggugah dan membangunkan manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung beragama islam. Ketiga, menegakkan hujah kepada orang-orang yang selalu berbuat salah dan dosa. Keempat, membentuk opini umum yang benar dan selamat. Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan keistiqomahan akhlaq kita. Keenam, dengan dakwah akan memperoleh keberuntungan berupa jannah dan keridhoan Allah di akhirat. Ketujuh, akan terlepas dari siksa di dunia dan di akhirat.
Definisinya adalah konsentrasi dengan dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau dengan kelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri dan sifat khusus.
Bentuk atau Macam dari dakwah fardiyah, terbagi menjadi dua,  yaitu:
                Pertama, muncul dari individu yang sudah berintima’ (bergabung) dengan jamaah. Setiap individu yang berada dalam sebuah jamaah dalamkapasitas sebagai da’i.
                Kedua, muncul dari individu yang belum berintima’ kepada suatu jamaah. Mengerjakan kewajiban ilallah  dengan jalan ceramah, tulisan dan makalah, yang kegiatan ini tidak terikat dengan sebuah jamaah.
Dalil syar’i dakwah fardhiyah, yaitu pertama ialah sesuai dengan firman Allah dalam kitab-Nya dan sesuai dengan sabda Rasul dalam sunnahnya. Kedua ialah para nabi memulai tugas dakwah mereka dengan dakwah fardiyah. Dengan petunjuk para nabi itulah Nabi berqudwah.
Karakteristik dari dakwah fardiyah, antara lain: Adanya Mukhothobah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap muka), Istimroriyah, terjaganya keberlanjutan dakwah. Berulang-ulang, tanpa menunggu momen tertentu. Mudah, bisa dilakukan setiap orang. Bisa terhindar atau tertutupi dari pandangan manusia, Dapat menghasilkan asas dan pilar amal, Membantu mengungkap potensi dan bakat terpendam, Dapat merealisasikan tarabuth (keterikatan yang erat) dan ta’awun (saling kerja sama), Dapat menggali pengalaman dan pembiasaan dalam aktivitas dakwah, Dapat mengarahkan untuk selalu bisa bermujahadah, Dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya.
Keutamaan dakwah fardiyah (Abdul Badi’ Shaqr), sebagai berikut: Bisa sesering mungkin dilakukan, Bisa dilakukan dengan spontan, Mudah, Bersifat tertutup dan terjaga, sehingga menjaga dari riya’. Ada media untuk mengungkapkan ide dan perasaan, Ada kesempatan untuk berbicara bebas, Adanya kesinambungan, Ada barokah nubuwah (kenabian).

Pengaruh dakwah fardiyah. Pada tahap awal  dakwah fardiyah tidak begitu menampakkan hasil dan pengaruh. Kalau pada beberap sisi lamban pengaruhnya, maka mungkkin sisi tertentu lebih bisa menanamkan pengaruh, yang kemudian bisa mengislamkan sang mad’u itu sendiri.

Spesifikasi dan klasifikasi mad’u. Dengan kondisi umat Islam kini, menuntut  kecepatan untuk memunculkan manusia terbaik yang siap berkorban dijalan dakwah. Disinilah perlunya mendahulukan atau mengutamakan satu objek, di atas objek atau bidang lain.

Berdakwah pada orang muslim yang belum sempurna islamnya harus didahulukan daripada kepada non muslim. Berdakwah kepada sanak kerabat dan tetangga lebih didahulukan daripada kepada orang yang jauh. Berdakwah kepada yang muda harus didahulukan daripada berdakwah kepada yang tua. Berdakwah kepada orang yang tawadhu harus didahulukan daripada berdakwah kepada orang yang sombong. Berdakwah kepada orang yang luas wawasannya lebih didahulukan daripada kepada orang yang sempit wawasannya. Berdakwah kepada orang yang belum berintima’ (bergabung) pada kelompok tertentu harus didahulukan daripada kepada orang yang sudah berintima’. Berdakwah kepada teman sekerja atau satu profesi lebih didahulukan daripada kepada yang lainnya. Berdakwah kepada orang yang memiliki karisma dan wibawa dihadapan kaumnya, lebih didahulukan daripada kepada yang tidak punya pengaruh dan wibawa.

Akhlaq dalam Dakwah Fardiyah, antara lain: Uswah dan Qudwah (keteladanan), Ikhlas, Sabar dan Ihtisab, Optimis dan Tsiqoh kepada Allah, Pemahaman yang mendalam, Pengorbanan, Antisipatif atas kegagalan dakwah, Berinteraksi dengan lebih dari 1 orang, Penuh perhitungan dan Tidak Isti’jal (tergesa-gesa),  Cerdas dan piawai, Lemah lembut, Menjaga hak-hak ukhuwah islamiyah, Berharokah sesuai Khithoh, Menjadikan dakwah sebagai kesibukan utama, Berlepas diri dari segala sesuatu kecuali daya dan kekuatan Allah.

Tahapan (marohil) dan metode dakwah fardiyah, perlunya kejelian mencermati tabiat masing-masing tahapan agar tiak terjadi semangat berlebihan dan sikap lemah iman (futur). Inilah tahapan beserta karakteristik dan metode (uslub) yang ada didalamnya :
                Pertama, ta’aruf. Yaitu upaya memahami secara mendalam tentang kondisi mad’u. Karakteristik dari tahapan ini adalah menghormati dan memberi kesan pada mad’u, bahwa ia adalah pusat perhatian dan pengendalian. Untuk sementara menjauhi pembicaraan dan perbincangan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah dakwah. Berusaha menggali dan memunculkan apa saja yang tersembunyi di balik jiwa mad’u. Mengikuti perkembangan dan keadaan mad’u dengan seksama. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan perbincangan singkat dan saling berkunjung.
               
Kedua, meluruskan pemahaman dan membentuk kecenderungan. Kondisi mad’u biasanya tidak akan lepas dari salah satu dari beberapa keadaan berikut ini, pertama ialah ada yang masih awam dengan islam secara keseluruhan/sebagian, tapi tidak banyak mendebat dan sombong. Strategi yang bisa ditempuh, yaitu hiwar fardi (bicara empat mata), pertemuan rutin yang terarah dengan tausiyah dan penugasan, menyuruh untuk membaca buku tentang masalah ini, hidup dalam suasana yang islami. Kedua, ada yang mengerti tentang islam secara keseluruhan/sebagian, tapi ma’rifahnya menyeleweng dan tidak murni. Strateginya dengan membahas masalah ghozwul fikri dan ghozwul ‘askari (militer). Ketiga, ada yang paham tentang islam namun parsial dalam merealisasikan ajaran dan mendakwahkannya. Keempat, ada yang paham tentang Islam secara keseluruhan dan mengaplikasikannya, namun terjebak dalam kesendirian dan terjauh dari jamaah. Kelima, paham tentang islam secara integral dan menyeluruh dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Keenam, ada yang paham tentang islam secara menyeluruh, merealisasikannya, mendakwahkannya dalam sebuah jamaah, tapi jamaah yang diikutinya tidak mengambil islam secara utuh sebagai tatanan hidup. Ketujuh, ada yang paham tentang islam secara utuhdan beriltizam dengannya.
                Ketiga, Menguji kebenaran pemahaman dan kejujuran loyalitas. Pada tahapan ini harus dilakukan realisasi dari sihatul fahmi dan shidqul wala’. Caranya dengan mengikuti secara seksama perkembangan mad’u dengan cara mu’ayasyah (bergaul), mushahabah (bersahabat), dan tajribah (mengambil pengalaman) pada setiap medan kehidupan dan setiap aktivitas. Yaitu di masjid, di rumah, di saat-saat sulit, ditengah-tengah pembicaraan& di saat diam, di dalam hal makan dan minum, dalam semua bentuk muamalah, dan dalam semua kesempatan.

Model dakwah fardiyah pada zaman nabi. Nabi Muhammad SAW. begitu beragam, dan tentunya disesuaikan dengan karakter dan kondisi masing-masing objek yang akan didakwahi beliau. Begitu pula dengan para sahabat, yang mengambil pelajaran dari nabi Muhammad SAW. berdakwah disesuaikan dengan kondisi dan karakter dari objek dakwah.

Madza ya’ni Intima’i lil Islam / Komitmen Muslim Sejati



Buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertamanya, memaparkan tentang karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang muslim, sehingga bisa benar-benar menjadi muslim. Bagian ini menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh siapa saja yang menyatakan diri sebagai pemeluknya.
Begitu banyak manusia Muslim yang hanya sekadar sebagai identitas atau Muslim karena dilahirkan oleh ayah ibunya. Pada hakikatnya, keduanya tidak mengerti makna pengakuaannya sebagai Muslim (orang yang beragama islam). Atau tidak memahami konsekuensi-konsekuensi dari pengakuan tersebut.
Bagian pertama ini bertujuan untuk menjawab semua pertanyaan dan menjelaskan apa tuntutan yang dikehendaki oleh Islam bagi setiap pemeluknya agar pengakuan tersebut benar dan sungguh-sungguh.
...Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam Al-Qur’an ini, supaya rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu sekalian menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong (Al Hajj: 78).
Adapun bagian kedua dari buku menjelaskan kewajiban memperjuangkan Islam, dan berafiliasi pada pergerakan islam, juga memaparkan karakteristik pergerakannya, tujuan-tujuan, sarana-sarana, falsafah, jalan perjuangan, dan sifat-sifatnya yang seharusnya ada pada diri orang yang berafiliasi kepadanya.
Hal yang perlu disinggung pada kesempatan ini bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia islam secara umum, menegaskan sebuah hakikat besar bahwa umat ini sedang hidup merana dalam semua bidang kehidupannya dan berlangsung sudah lama sekali ketika menghadapi tantangan-tantangan zaman yng beragam. Akibat dari semua hal itu, banyak dari mereka yang berguguran karena tidak orisinal dan tidak berartikulasi dengan karakter umat ini. Ibarat sebuah produk tidak orisinal diimpor secara utuh dan tidak bisa bertahan lama, dan keburukannya cepat terungkap dan terbuka.
Untuk itu, kesadaran merupakan hal yang urgent dalam konteks ini. Karena sungguh tidak ada kesesatan yang lebih sesat  daripada anggapan bahwa umat ini tidak bisa lepas dari suatu blok. Padahal umat Islam harus menyadari bahwa ia mempunyai kepribadian tersendiri dan khas.
Kepribadian yang orisinal yaitu yang karakteristiknya bersumber dari Islam, agama, dan risalah fitrah. Karena dengan kekhasan dan orisinalitas ini, dapat menduduki posisi kepemimpinan bidang pemikiran dan politik di seluruh dunia.
I.                    APA ARTINYA SAYA MENGAKU ISLAM?
Pengakuan sebagai muslim bukanlah klaim terhadap pewarisan, identitas, bukan pula terhadap penampilan hadir. Melainkan pengakuan untuk menjadi muslim sejati, berkomitmen, beradaptasi kepada Islam di setiap aspek kehidupan.
Karakteristik paling menonjol yang harus ada pada diri seorang Muslim agar pengakuannya sebagai penganut agama ini merupakan pengakuan yang benar dan jujur. Karakteristiknya adalah...


PERTAMA, SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH SAYA
Syarat pertama pengakuan sebagai muslim, hendaklah akidah seorang Muslim adalah akidah yang benar dan sahih, selaras dengan apa yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Untuk mengislamkan akidah saya, maka konsekuensinya adalah ...
1.       Harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah SWT. dengan bukti adanya keindahan, keserasian, kesempurnaan dan ketergantungan sebagian dengan sebagian lain yang mustahil ia bisa bertahan tanpa dikendalikan oleh-Nya. Sesuai pada firman Allah dalan Surah Al anbiyaa: 22.     
2.       Harus mengimani bahwa Al-Khaliq tidak menciptakan alam ini dengan sia-sia, karena tidak mungkin terjadi Dzat yang menyandang sifat kesempurnaan itu berbuat sia-sia. Namun, adalah mustahil untuk memahami kehendak Allah terhadap penciptaan ini secara perinci, kecuali melalui informasi dari Rasulullah Saw. dan wahyu. Hal ini terdapat pada surah Al Mukminuun: 115-116.
3.       Harus meyakini bahwa Allah Swt. telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untukmengenalkan manusia kepada pengetahuan tentang Dia, tujuan penciptaan, awal kejadian dan tempat kembali mereka. Yang terakhir di antara para rasul mulia adalah Muhammad Saw. yang dikuatkan oleh Allah Swt. dengan Alquranul karim yang merupakan ‘Mukjizat Abadi’. Yaitu surah An Nahl: 36.
4.       Harus meyakini bahwa tujuan kebenaran manusia ini adalah mengenal Allah Swt., menaati-Nya, dan beribadah kepada-Nya. Seperti dalam firman Allah surah Adz dzaariyaat: 56-58.
5.       Harus meyakini bahwa balasan bagi orang mukmin yang taat adalah surga, sedangkan balasan bagi orang kafir yang bermaksiat adalah neraka. Terdapat pada surah Asy Syuuraa: 7
6.       Harus meyakini bahwa manusia meelaksanakan kebajikan dan kejahatan dengan ikhtiar dan kehendaknya, akan tetapi ia tidak bisa melaksanakan  kebaikan kecuali dengan taufik dan pertolongan Allah. Sesuai pada kalam Allah Swt., yaitu surah asy Syams: 7-10.
7.       Harus meyakini bahwa menetapkan syariat merupakan hak Allah yang tidak boleh dilanggar. Seorang ulama Muslim boleh berijtihad dalam menyimpulkan hukum apa yang disyariatkan Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya pada surah Asy syuuraa: 10.
8.       Harus mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah yang selaras dengan keagungan-Nya.
9.       Harus bertafakur (merenungkan) mengenai ciptaan Allah, bukan mengenai Dzat-Nya.
10.   Harus meyakini sifat-sifat Allah Swt. telah banyak diisyaratkan oleh ayat-ayat Alquranul karim dan merupakan sifat-sifat yang dituntut oleh kesempurnaan uluhiyah (ketuhanan).
11.   Harus meyakini bahwa pendapat para salaf (terdahulu) lebih utama untuk diikuti, khususnya dalam persoalan takwil dan ta’thil, serta menyerahkan makna ini kepada Allah Swt. Juga bahwa berbagai takwil  yang dikemukakan oleh orang-orang khalaf (belakangan) tidak harus menjatuhkannya vonis kafir atau fasik bagi mereka.
12.   Harus beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sebagai sambutan kita terhadap seruan Allah untuk mengikuti risalah dan para rasul. Juga terdapat dalam firima Allah Swt. surah An Nahl: 36.
13.   Takut kepada-Nya dan tidak takut kepada selain-nya. Rasa takut itu harus mendorong untuk menjauhi apa yang dimurkai serta diharamkan-Nya. Dengan firman-Nya dalam surah An Nuur: 52)
14.   Harus mengingat-Nya dan senantiasa mengingat-Nya. Dzikrullah. Dalam firman Allah swt. surah Ar Ra’d: 28.
15.   Harus mencintai Allah dengan kecintaan yang menjadikan hatiku senantiasa merindukan keagungan-Nya, tertambat pada –Nya, sehingga mendorong untuk senantiasa menambah kebaikan, berkorban, berjihad di jalan-Nya selama-lamanya. Hal itu terdapat pada surah At Taubah: 24.
16.   Harus bertawakal kepada Allah dalam segala keadaan dan menggantungkan diri kepada-Nya dalam segala urusan. Hal itu akan menumbuhkan kekuatan dan spirit dalam diriku yang bisa memudahkanku dalam menghadapi berbagai kesulitan. Sebagaimana terdapat pada Al-Qur’an surah Ath Thalaq: 3.
17.   Harus bersyukur kepada Allah Swt. atas segala nikmat-Nya yang tak terhingga serta segala karunia dan rahmat-Nya yang tak terhitung. Syukur adalah sifat santun seseorang kepada tuhannya. Seperti yang ada dalam Surah An Nahl: 78, Yaasiin: 33-35, Ibrahiim: 7.
18.   Harus beristighfar memohon ampunan Allah dan senantiasa beristighfar. Karena itu merupakan kafarah (hal yang menghapus dosa), memperbarui taubat dan iman, dan perasaan tentram dan tenang. Seperti pada surah An Nisaa: 110, Ali Imran: 135-136.
19.   Harus menyadari muraaqabah (pengawasan) Allah Swt. baik dalam keadaan sendiri maupun berada ditengah-tengah manusia, dengan mengingat firman Allah surah Al Mujaadilah: 7.
KEDUA, SAYA HARUS MENGISLAMKAN IBADAH SAYA
Dalam Islam, ibadah adalah puncak ketundukan dan kesadaran mengenai keagungan ma’buud (Tuhan yang disembah) dan merupakan tangga yang menghubungkan makhluk dengan Khaliq. Juga memiliki pengaruh-pengaruh yang mendalam dalam interaksi antarsesama hamba Allah. Kesimpulannya Islam menetapkan agar kehidupan ini seutuhnya merupakan ibadah dan ketaatan. Itulah makna firman Allah Swt. pada surah Adz Dzaariyaat: 56-58 dan Al An’aam: 163.
Untuk mengislamkan ibadahku, maka konsekuensinya adalah....
1.       Ibadahku harus ‘hidup’ dan ‘tersambung’ kepada ma’buud. Itulah derajat ihsan dalam ibadah. Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang ihsan, maka beliau menjawab, “Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa (seakan-akan) melihat-Nya, maka (sadarilah bahwa) Ia melihatmu.” (Muttafaq alaih)
2.       Ibadahku harus khusyuk, sehingga saya bisa menghayati kehangatan komunikasi dengan Allah dan menikmati kekhusyukan.
3.       Dalam beribadah, hati saya harus hadir (sepenuh hati), melepaskan pikiran dari sekelilingku yaitu dari segala kesibukan dan keinginan duniawi.
4.       Dalam beribadah, saya harus tamak, tidak pernah puas dan rakus, tidak pernah kenyang.
5.       Harus memiliki keinginan yang besar untuk melaksanakan qiyaamullail serta melatih diri untuk melaksanakannya sampai terbiasa. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al muzzammil: 6 dan Adz Dzaariyaat: 17-18.
6.       Hendaklah menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan Alquranul karim, khususnya pada waktu fajar. Sesuai dalam firman Allah surah al Isra’: 78.
7.       Doa harus menjadi tangga bagiku untuk memohon  kepada Allah dalam setiap keadaan, karena merupakan intisari ibadah. Berusaha keras untuk menggunakan doa-doa yang ma’tsur. Antara lain saat menjelang tidur, bangun tidur, memakai dan melepas pakaian, keluar dan masuk rumah, berjalan ke masjid, memasuki masjid, mau dan selesai makan, masuk dan keluar toilet, sulit tidur, selesai sholat, menaiki kendaraan, melakukan safar, hujan turun, mendengar halilintar, melihat hilal, mengucapkan selamat pada pengantin,melihat anak kecil, risau dan sedih, membesuk orang sakit, bertakziah, dan melaksanakan sholat jenazah.

KETIGA, SAYA HARUS MENGISLAMKAN AKHLAK SAYA
Berakhlak mulia merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”(HR. Ahmad). Juga ditegaskan oleh Allah dalam Al Quran surah Al Hajj: 14, Al Baqoroh: 177.
Kemudian di antara sifat-sifat yang sebaiknya terdapat pada seseorang agar ia berakhlak mulia adalah sebagai berikut.....
1.       Bersikap Wara’ (hati-hati) terhadap syubhat.
Sebaiknya manusia berhati-hati terhadap hal-hal yang diharapkan dan segala yang syubhat. Itu sebagai pelaksanaan dari sabda Rasul saw., “Yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, dan diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang samar-samar yang tidak diketahui oleh banyak manusia.....” (Muttafaq alaih)
2.       Menahan pandangan (Ghadhdhul Bashar)
Hendaklah menahan pandangannya dari segala yang diharamkan oleh Allah, karena pandangan itu menimbulkan keinginan dan secara bertahap membawa pelakunya melakukan dosa dan maksiat. Karena itu, Alquranul karim memperingatkan bahaya pandangan yang berlebihan.
3.       Menjaga lidah
Hendaklah ia menjaga lidahnya dari berbicara yang berlebihan, kata-kata kotor, kalimat yang kasar, pembicaraan sia-sia, bergunjing dan mengadu domba. Seperti perkataan Imam Nawawi bahwa sebaiknya setiap mukallaf (orang yang telah terkena beban kewajiban agama) menjaga lidahnya dari semua ucapan, kecuali ucapan yang jelas mengandung kemaslahatan...”
4.       Malu (haya’)
Hendaklah menjadi pribadi yang pemalu dalam segala keadaan, namun jangan sampai menghalanginya untuk berani dalam kebenaran. Misalnya, tidak suka turut campur, rendah hati, tidak meninggikan suara, dan menerima keadaan. Malu juga cabang dari iman.
5.       Pemaaf dan sabar
Salah satu sifat paling menonjol yang harus terdapat pada diri seorang Muslim. Karena akan banyak hal yang tidak mengenakkan akan menimpa para juru dakwah, untuk itu sifat ini sangat penting keberadaannya. Diantaranya terdapat dalam Al Quran surah Asy Syuuraa: 43, Al hijr: 85, Az Zumar : 10, An Nuur: 22, Al Furqon: 63.
6.       Jujur
Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya, kejujuran itu membimbing kepada kebajikan, dan kebajikan itu akan membimbing menuju surga.........”(Muttafaq alaih)
7.       Rendah hati
Harus bersikap rendah hati. Terutama terhadap saudara sesama Muslim, tidak membeda-bedakan antara yang kaya dan yang miskin.
8.       Menjauhi prasangka, ghibah, mencari cela sesama manusia.
Itu sebagai pelaksanaan dari firman-firman Allah Swt., dalam surah Al Hujuraat: 12, Al Ahzaab: 58.
9.       Dermawan dan pemurah
Hendaklah menjadi pribadi yang dermawan & murah hati, siap mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah. Seperti dalam Alquranul karim dalam surah Al Baqoroh: 3, Al Baqoroh: 272.
10.   Menjadi teladan yang baik
Hendaklah menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat, menjadi terjemahan nyata bagi prinsip&adab islam.
KEEMPAT, SAYA HARUS MENGISLAMKAN KELUARGA DAN RUMAH TANGGA SAYA
Jika pengakuan sebagai seorang Muslim mengharuskan saya menjadi seorang pribadi Muslim dalam akidah, ibadah, akhlak, maka juga mewajibkan untuk berjuang agar masyarakat tempat tinggal juga masyarakat Muslim. Untuk itu, langkah pertama dalam hal ini adalah hendaklah menjadikan rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang Muslim terlebih dahulu.
Harus membawa risalah Islam kepada masyarakat kecil kita (kepada keluarga, istri/suami, anak-anak, kerabat dekat, kemudian yang terdekat). Itulah jalan yang ditempuh Rasulullah Saw. pada saat memulai dakwah. Dan merupakan tugas pertama bagi seorang muslim setelah dirinya sendiri bertanggng jawab atas keluarganya. Seperti pada firman-Nya Swt. dalam surah At Tahriim: 6.
1.       Tanggung Jawab Pernikahan
Agar sukses membina rumah tangga Muslim, Islam telah menunjukkan jalan dan telah mengisyaratkan faktor yang memudahkan tugas dan tujuan, diantaranya...
a.       Pernikahan harus dilaksanakan semata-mata karena Allah. Untuk mendapatkan keturunan yang sholeh dan siap mengemban amanah dan melanggengkan hidayah.(Ali ‘Imran: 34)
b.      Hendaklah salah satu tujuan pernikahan adalah menahan pandangan, memelihara kemaluan dan bertakwa kepada Allah Swt.
c.       Harus memilih pendamping hidup dan teman perjalanan dengan sebaik-baiknya.
d.      Harus memilih wanita atau laki-laki yang berakhlak dan beragama
e.      Harus berhati-hati jangan sampai melanggar perintah Allah dalam hal pernikahan.
2.       Tanggung Jawab Pascapernikahan
Dengan memilih pendamping hidup yang baik bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Justru tanggung jawab terbesar bermula sejak detik pertama pernikahan. Antara lain...
a.       Harus bersikap baik dan menghargainya agar tumbuh kepercayaan.
b.      Jangan sampai hubungan nafsu semata, tetapi hubungan dalam jalannya pemikiran, spiritual dan emosi. (Thaahaa: 132, Maryam: 55)
c.       Hubungan diantaranya harus mengikuti tuntunan syara’
3.       Tanggung Jawab Bersama dalam mendidik Anak
Pada hakikatnya, buah yang diharapkan dari terbentuknya rumah tangga Muslim adalah memiliki keturunan yang sholeh. (Al Furqon:74). Dan Rasulullah bersabda, “Sungguh, seseorang mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedekah satu sha’. ”
KELIMA, SAYA HARUS MENGALAHKAN HAWA NAFSU SAYA
1.       Sifat-sifat manusia, ada beberapa tipe...
a.       Tipe manusia yang dikalahkan oleh nafsu mereka dan cenderung terhadap dunia. Mereka itulah orang kafir dan orang-orang yang mengikuti jalan orang yang melupakan Allah.
b.      Tipe orang yang bersungguh-sungguh memerangi nafsu dan keinginannya. Terkadang mereka menang dan terkadang kalah. Saat berbuat kesalahan kemusian bertobat, seperti dalam surah Ali ‘Imran: 135)
2.       Perangkat untuk Memenangkan Pertarungan Melawan Hawa Nafsu
a.       Hati
Selama hati itu tetap dalam keadaan hidup, lembut, jernih, kukuh dan bercahaya.Gambaran dalam alquranul karim, “....adalah merekaang apabila disebut nama Allah (Al Anfaal: 2).
b.      Akal
Selama akal memiliki bashiirah (kebijaksanaan), berpengetahuan, mampu membedakan,  dan selalu mencari ilmu untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Akal orang beriman adalah akal yang sadar karena ia melihatnya dengan cahaya Allah dari balik tabir yang tipis.
3.       Indikasi – Indikasi Kekalahan Akhlak
Manakala hati manusia mati atau membatu, manakala akalnya padam, semakin banyaklah pintu syetan masuk ke dalam dirinya. (Q.S. Al-Mujadilah : 19), yaitu penyakit was-was yang dapat menghalang-halangi kita di jalan Allah.
”Sesungguhnya, ketika hati mati atau mengeras, ketika akalnya padam atau menyimpang, dan ia kalah dalam peperangannya melawan setan, ketika itu banyak pintu kejahatan di dalam dirinya sendiri dan setan mengalir di dalam diri anak Adam sebagaimana aliran darah.”

4.       Sarana-Sarana Membentengi Diri dari Masuknya Syetan
Setan mendatangi manusia dari 10 pintu:
Pertama, ambisi dan buruk sangka. Atasi dengan percaya dan menerima.
Kedua, kecintaan terhadap dunia dan panjang angan-angan. Atasi dengan rasa takut pada kematian.
Ketiga, keinginan untuk santai dan bersenang-senang. Atasi dengan sadar hilangnya nikmat.
Keempat, bangga diri. Atasi dengan takut akibat yang menimpa.
Kelima, meremehkan dan kurang menghargai orang lain. Atasi dengan mengenali hakdan kehormatan.
Keenam, dengki. Atasi dengan menerima dan rela.
Ketujuh, riya’ . Atasi dengan keikhlasan.
Kedelapan, kikir. Atasi dengan sadar fananya dunia dan kekalnya akhirat.
Kesembilan, sombong. Atasi dengan rendah hati
Kesepuluh, tamak. Atasi dengan percaya dan zuhud.

Hal-hal yang dapat membentengi diri dari syetan :
a.       Menjauhi kekenyangan dan makan yang kelewat batas
b.      Membaca Al-Qur’an, dzikrullah, dan istighfar
c.       Membuang jauh sifat terburu nafsu dan bersikap tenang terhadap keadaan apapun
KEENAM, SAYA HARUS YAKIN BAHWA MASA DEPAN ADALAH MILIK ISLAM
Saya harus yakin bahwa hari esok adalah milik islam dan islam harus menjadi satu-satunya manhaj yang dapat memimpin dan membimbing manusia ke jalan yang benar. Kita juga harus yakin bahwa produk manusia memiliki kekurangan, dan hanya islam yang mampu mengatur seluruh aspek kehidupan sehingga islam harus menjadi agama yang rahmatan lil ‘alamin. Islam merupakan manhaj yang tunggal, integral, mondial, fleksibel, dan robbaniyah sehingga islam akan mampu mengatur kehidupan umat manusia. Keyakinan saya didorong oleh beberapa hal :
1.  Rabbaniyah Manhaj Islam
Manhaj Islam yang bercorak ketuhanan adalah suatu sibghah (konsep agama) yang menjadikannya terdepan dibandingkan dengan seluruh sistem positif produk manusia dan memiliki spesifikasi unik untuk tetap bertahan dan memberikan manfaat di setiap zaman, tempat, dan di kawasan mana pun.
2.  Universalitas manhaj Islam
Merupakan perwujudan warna humanisme, konkretisasi dari warna keterbukaan dan kemampuan untuk memikul tanggungjawab keterbukaan ini. Warna ini menjadikannya meninggalkan sentimen sempit terhadap ras, nasionalisme, gender, atau keturunan.
3.  Elastisitas Manhaj Islam
Yaitu warna yang memberinya kemampuan untuk menampung segala problema kehidupan yang berubah-ubah, bervariasi, dan bermacam-macam. Warna yang melapangkan tempat untuk berijtihad dalam menyimpulkan hukum-hukum berkenaan dengan masalah-masalah yang tidak ada nashnya, melalui metode qiyas atau mempertimbangkan mashlahah mursalah, istihsan, dan argumen lain yang diakui syara’
4.  Kelengkapan manhaj Islam
Yaitu warna yang membedakannya dari sistem “bumi” serta tatanan-tatanan buatan lainnya yang memiliki tujuan terbatas. Manhaj Islam adalah sistem yang diberikan oleh Al-’Alim dan Al=Khabir, yaitu Allah Yang Mahatahu segala urusan manusia, apa saja yang dibutuhkan manusia, apa saja yang merupakan maslahat manusia, dan sebagainya.
5.  Keterbatasan Sistem-sistem “wadh’iyah” (buatan manusia)
Sistem buatan manusia memiliki banyak keterbatasan dalam tataran aplikatifnya.
II.                  APA ARTINYA BERAFILIASI PADA PERGERAKAN ISLAM
 ”Dasar untuk mengaku sebagai aktivis pergerakan Islam adalah hendaknya pada diri seseorang telah terwujud semua sifat dan karakteristik pengakuannya sebagai Muslim. Inilah yang menjadikan pergerakan Islam memberikan perhatian terhadap kaderisasi, agar muncul individu Muslim yang benar keislamannya, sebelum menyiapkannya sebagai aktivis pergerakan.”

Karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim agar pengakuan keislamannya benar, sebagai berikut:

PERTAMA, SAYA HARUS HIDUP UNTUK ISLAM
Manusia terbagi menjadi tiga golongan:

1.       Golongan yang hidup untuk dunia. Kaum materialis. Oleh Al-Qur’an, mereka disebut sebagai “dahriyin”. Lenin, salah seorang tokoh Komunis Rusia, pernah mengomentari pendapat seorang filosof seperti ini, “Sesungguhnya, alam semesta ini tidak prenah diciptakan oleh Tuhan atau manusia. Ia telah ada sejak semula dan akan tetap ada. Ia akan menjadi obor yang hidup abadi, ia akan hidup dan padam mengikuti hukum-hukum tertentu.”
2.       Golongan yang tercampakkan di antara dunia dan akhirat. Mereka menjalankan agama secara ritual, formalitas belaka. Akan tetapi keyakinannya goyah.
3.       Golongan yang menganggap dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat.
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Al-An’am: 32)

Bagaimana saya hidup untuk Islam?
1.       Mengetahui tujuan hidup
2.       Mengetahui nilai-nilai dunia dibandingkan dengan akhirat
“Dunia adalah penjara orang mukmin dan surga orang kafir” (HR.Muslim)
3.       Menyadari bahwa kematian pasti datang dan mengambil pelajaran darinya
”Kubur adalah satu taman diantara taman-taman surga atau satu parit di antara parit-parit neraka.” (HR.Thabrani)
4.       Mengetahui hakikat Islam
5.       Mengetahui hakikat jahiliyah
Rasulullah berkata, ”Barangsiapa mempelajari bahasa suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”
KEDUA, SAYA HARUS MEYAKINI KEWAJIBAN MEMPERJUANGKAN ISLAM

Memperjuangkan Islam adalah wajib. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:
1.    Kewajibannya sebagai prinsip
Inti dari perjuangan Islam adalah amar ma’ru nahi munkar, yang sekaligus merupakan prinsip dasar ajaran Islam itu sendiri. Jika dahulu yang terkena kewajiban itu adalah para rasul, maka sekarang merupakan tugas setiap muslim untuk meneruskannya.
2.    Kewajibannya sebagai hukum
Berkuasanya tatanan produk manusia mengharuskan kaum muslimin untuk menegakkan masyarakat yang Islami, menundukkan manusia kepada Allah dalam aqidah, akhlaq, maupun tata kehidupan mereka. Jika mewujudkan masyarakat yang Islami dan berhukum dengan apa yang diturunkan Allah merupakan kewajiban, maka berjuang untuk menegakkan dan mewujudkannya juga merupakan kewajiban sebagai hukum.
3.    Kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat
Banyaknya fakta akan adanya imperialisme terhadap umat muslim di negara-negara muslim maupun non muslim menjadikan perjuangan menegakkan Islam merupakan suatu kewajiban.
4.    Kewajiban secara individu dan kolektif
Kewajiban memperjuangkan Islam bersifat individu seperti kewajiban Islam yang lain. Jika dari sisi ini memperjuangkan Islam merupakan kewajiban individu, maka a merupakan kewajiban kolektif dipandang dari segi tanggung jawab pelaksanaannya.
5.    Barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri
Seperti halnya kita beribadah bukan karena Allah membutuhkan ibadah kita, tetapi karena kita yang membutuhkannya, sama halnya dengan berjihad. Dalam berjuang, hendaknya para aktivis Islam melakukannya dalam rangka membersihkan dirinya, menyucikan jiwanya, melaksanakan sebagian hak Allah yang wajib ditunaikan, dan mengharap pahala dari Allah.

KETIGA, PERGERAKAN ISLAM; MISI, KARAKTERISTIK, DAN PERLENGKAPANNYA
misi perlengkapan Islam
Pergerakan Islam adalah sebuah organisasi internasional yang berkembang agar mewadahi seluruh aktivis di kancah perjuangan Islam di setiap kawasan bumi. Ia memerangi imperialisme dan meyakini bahwa hukum dan ajaran Islam itu lengkap dalam mengatur seluruh urusan manusia dalam segala bidang.
Ia memandang bahwa tindakan menagdopsi sistem kalitalisme, sosialisme, komunisme, dan sistem produk manusia lainnya sebagai pengingkaran terhadap ajaran Islam yang agung dan pengingkaran terhadap Allah.
Sebagai perinciannya, pergerakan Islam meliputi berbagai sistem
·         sistem pemerintahan internal
·         sistem hubungan internasional
·         tatanan aplikatif di bidang kehakiman
·         sistem pertahanan kemoiliteran
·         sistem perekonimian
·         sistem pendidikan dan pengajaran
·         tatanan keluarga dan rumah tangga
·         tatanana individu dalam perilakunya
·         spirit umum yang mewarnai setiap individu umat, baik penguasa maupun rakyatnya
b. karakteristik dasar perjuangan Islam
·         pergerakan yang bercorak ketuhanan (rabaniyah)
·         pergerakan yang independen (muncul dari relitas masyarakat Islam)
·         pergerakan yang progresif
·         pergerakan yang komprehensif (bertujuan memperbaiki seluruh aspek kehidupan)
·         menjauhi perselisihan fiqih
c. spesifikasi pergerakan Islam
jauh dari kekuasaan penguasa dan politikus. memiliki tahapan-tahapan dalam langkah-langkahnya
  • tahapan ta’rif
Yaitu menyebarkan fikrah umum dalam masyarakat. Sarananya adalah pengajian dan bimbingan, pendirian lembaga-lembaga yang bermanfaat.
  • tahapan takwin
Yaitu menyaring unsur-unsur baik untuk memikul beban jihad dan membentuk sinergi satu sama lain.
  • tahapan tanfidz
Yaitu jihad tanpa kompromi, aktivitas berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan, serta ujian dan cobaan yang tidak mungkin mampu bersabar menghadapinya selain orang-orang yang tulus.
Hal tersebut diperjelas dengan adanya batas ideologi dan moral
  • aktivitaas memperjuangkan kebenaran tidak boleh menggunakan sarana yang batil
  • kebenaran tidak bisa dipisah-pisahkan
  • kebenaran harus diperjuangkan dengan penuh kekuatan dan harus ada pengorbanan
  • para pejuang kebenaran harus senantiasa sadar, berhati-hati, dan teguh berpegang pada tali Allah
  • kebenaran adalah yang dituntunkan oleh syara’, bukan yang dituntunkan oleh manusia
d. perlengkapan perjuangan Islam
  • jihad fi sabilillah
  • keimanan yang mendalam, kuat, suci, dan kekal
  • meyakini keistimewaan dan kebaikan jalan yang ditempuh
  • meyakini persaudaraan dan hak-haknya
  • meyakini agung dan besarnya pahala
  • meyakini akan diri mereka sendiri
1.                   Mengetahui jalan perjuangan Islam
Perjuangan Islam adalah perjuangan lurus yang mencermnkan garis perjuangan Islam yang mendasar, apapun namanya dan atribut luarnya. Ia berdiri di atas konsep dasar perubahan total dan melakukan persiapan untuk transformasi total.
2.                Mengetahui dimensi-dimensi afiliasi kepada pergerakan Islam
a. afliasi dalam aqidah
Hal ini mengandung makna kepatuhan kepada perintah Allah serta minat yang besar untuk memperoleh rahmat dan ridhoNya. Sikap ini akan jauh dari pengaruh kematian, kehilangan atau kepergian figur dari pentas dakwah karena ia menjadi keterkaitan individu-individu dengan Allah serta bersatunya mereka juga karena Allah.
b. afiliasi dalam tujuan
Hal ini berarti keanggotaannya senantiasa terkait dengan tujuan jamaah, dalam kondisi bagaimanapun, bukan afiliasi periodik yang akan berakhir seiring berakhirnya periode tersebut atau hilang setelah situsianya berubah. Ia tidak bisa ditinggalkan begitu saja sampai sang aktivis bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan tetap demikian.
3.                Mengetahui poros-poros perjuangan Islam
a.       poros perjuangan Islam
                                 i.      kejelasan tujuan
Kejelasan tujuan dimaksudkan untuk mengefisienkan energi para aktivis dalam menghadapi persoalan dan konflik yang berkaitan dengan tujuan perjuangan Islam (menghambakan manusia kepada Allah baik secara individu maupun kolektif)
                                         ii.      kejelasan jalan
Artinya adalah bahwa jalan perjuanagn Islam harus tunduk pada kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip baku yang telah digariskan oleh tujuan dasar perjuangan dan dikuatkan oleh terjemahan riilnya dalam sirah Rasul SAW. Adapun karakter jalan yang harus ditempuh adalah
  • bersifat transformatif
  • komprehensif
  • universal
  • komitmen terhadap jalan Rasul SAW
Sirah Rasul menyuguhkan metode paling selamat dalam memprjuangkan Islam, mengemukakan seni dalam berdakwah dan berinteraksi dengan masyarakat, serta cara-cara menghadapi dan menghancurkan masyarakat jahiliyah.
b. posisi kekuatan fisik dalam startegi pergerakan
Kekuatan yang pertama dan paling utama adalah kekuatan aqidah dan iman, setelah itu adalah kekuatan kesatuan dan ikatan, setelah itu kekuatan tangan dan senjata.
4.                Mengetahui persyaratan baiat dan keanggotaannya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. kualitas buka kuantitas
b. baiat dan hukumnya
c. ketaatan dan hukumnya
d. rukun-rukun baiat
e. kewajiban-kewajiban akhi muslim
o   membaca wirid harian dari Al Qur’an
o   membaca, mendengarkan, dan merenungkan makna Al Qur’an
o   melakukan check up kesehatan
o   menghindari konsumsi kopi, the, dan minuman perangsang lainnya
o   memperhatikan kebersihan
o   berkata jujur dan jangan berbohong
o   menepati janji dan perkataan
o   menjadi pemberani dan tabah
o   dll
f. doa rabithah

Di ambil dari beberapa sumber. Jazakillah.