Minggu, 14 Agustus 2011

Dakwah Fardhiyah




Hakikat dakwah fardiyah, berawal dari definisi dakwah. Secara bahasa (etimologis) berarti seruan atau permohonan. Sedangkan menurut syara’ (istilah) ada beberapa pendapat yang mengungkapkan, salah satunya adalah Syaikh Muhammad Ash-Showwaf.  Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa hidayah sang kholiq kepada makhluk.
Dari kesemua pendapat tentang definisi dakwah berimpit pada satu titik temu. Yaitu,  bahwa dakwah bukan hanya terbatas pada penjelasan&penyampaian semata, namun juga menyentuh pada pembinaan dan takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan  masyarakat Islam.
Metode dan Sarana dakwah mencakup seluruh aktivitas kehidupan. Dakwah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi mas’uliyah (tanggung jawab) yang harus dipikul kaum muslimin seluruhnya.
Fungsi dan buah dari dakwah, antara lain : pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan robbani dalam perjuangan melawan kebatilan dan jahiliyah. Kedua, menggugah dan membangunkan manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung beragama islam. Ketiga, menegakkan hujah kepada orang-orang yang selalu berbuat salah dan dosa. Keempat, membentuk opini umum yang benar dan selamat. Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan keistiqomahan akhlaq kita. Keenam, dengan dakwah akan memperoleh keberuntungan berupa jannah dan keridhoan Allah di akhirat. Ketujuh, akan terlepas dari siksa di dunia dan di akhirat.
Definisinya adalah konsentrasi dengan dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau dengan kelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri dan sifat khusus.
Bentuk atau Macam dari dakwah fardiyah, terbagi menjadi dua,  yaitu:
                Pertama, muncul dari individu yang sudah berintima’ (bergabung) dengan jamaah. Setiap individu yang berada dalam sebuah jamaah dalamkapasitas sebagai da’i.
                Kedua, muncul dari individu yang belum berintima’ kepada suatu jamaah. Mengerjakan kewajiban ilallah  dengan jalan ceramah, tulisan dan makalah, yang kegiatan ini tidak terikat dengan sebuah jamaah.
Dalil syar’i dakwah fardhiyah, yaitu pertama ialah sesuai dengan firman Allah dalam kitab-Nya dan sesuai dengan sabda Rasul dalam sunnahnya. Kedua ialah para nabi memulai tugas dakwah mereka dengan dakwah fardiyah. Dengan petunjuk para nabi itulah Nabi berqudwah.
Karakteristik dari dakwah fardiyah, antara lain: Adanya Mukhothobah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap muka), Istimroriyah, terjaganya keberlanjutan dakwah. Berulang-ulang, tanpa menunggu momen tertentu. Mudah, bisa dilakukan setiap orang. Bisa terhindar atau tertutupi dari pandangan manusia, Dapat menghasilkan asas dan pilar amal, Membantu mengungkap potensi dan bakat terpendam, Dapat merealisasikan tarabuth (keterikatan yang erat) dan ta’awun (saling kerja sama), Dapat menggali pengalaman dan pembiasaan dalam aktivitas dakwah, Dapat mengarahkan untuk selalu bisa bermujahadah, Dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya.
Keutamaan dakwah fardiyah (Abdul Badi’ Shaqr), sebagai berikut: Bisa sesering mungkin dilakukan, Bisa dilakukan dengan spontan, Mudah, Bersifat tertutup dan terjaga, sehingga menjaga dari riya’. Ada media untuk mengungkapkan ide dan perasaan, Ada kesempatan untuk berbicara bebas, Adanya kesinambungan, Ada barokah nubuwah (kenabian).

Pengaruh dakwah fardiyah. Pada tahap awal  dakwah fardiyah tidak begitu menampakkan hasil dan pengaruh. Kalau pada beberap sisi lamban pengaruhnya, maka mungkkin sisi tertentu lebih bisa menanamkan pengaruh, yang kemudian bisa mengislamkan sang mad’u itu sendiri.

Spesifikasi dan klasifikasi mad’u. Dengan kondisi umat Islam kini, menuntut  kecepatan untuk memunculkan manusia terbaik yang siap berkorban dijalan dakwah. Disinilah perlunya mendahulukan atau mengutamakan satu objek, di atas objek atau bidang lain.

Berdakwah pada orang muslim yang belum sempurna islamnya harus didahulukan daripada kepada non muslim. Berdakwah kepada sanak kerabat dan tetangga lebih didahulukan daripada kepada orang yang jauh. Berdakwah kepada yang muda harus didahulukan daripada berdakwah kepada yang tua. Berdakwah kepada orang yang tawadhu harus didahulukan daripada berdakwah kepada orang yang sombong. Berdakwah kepada orang yang luas wawasannya lebih didahulukan daripada kepada orang yang sempit wawasannya. Berdakwah kepada orang yang belum berintima’ (bergabung) pada kelompok tertentu harus didahulukan daripada kepada orang yang sudah berintima’. Berdakwah kepada teman sekerja atau satu profesi lebih didahulukan daripada kepada yang lainnya. Berdakwah kepada orang yang memiliki karisma dan wibawa dihadapan kaumnya, lebih didahulukan daripada kepada yang tidak punya pengaruh dan wibawa.

Akhlaq dalam Dakwah Fardiyah, antara lain: Uswah dan Qudwah (keteladanan), Ikhlas, Sabar dan Ihtisab, Optimis dan Tsiqoh kepada Allah, Pemahaman yang mendalam, Pengorbanan, Antisipatif atas kegagalan dakwah, Berinteraksi dengan lebih dari 1 orang, Penuh perhitungan dan Tidak Isti’jal (tergesa-gesa),  Cerdas dan piawai, Lemah lembut, Menjaga hak-hak ukhuwah islamiyah, Berharokah sesuai Khithoh, Menjadikan dakwah sebagai kesibukan utama, Berlepas diri dari segala sesuatu kecuali daya dan kekuatan Allah.

Tahapan (marohil) dan metode dakwah fardiyah, perlunya kejelian mencermati tabiat masing-masing tahapan agar tiak terjadi semangat berlebihan dan sikap lemah iman (futur). Inilah tahapan beserta karakteristik dan metode (uslub) yang ada didalamnya :
                Pertama, ta’aruf. Yaitu upaya memahami secara mendalam tentang kondisi mad’u. Karakteristik dari tahapan ini adalah menghormati dan memberi kesan pada mad’u, bahwa ia adalah pusat perhatian dan pengendalian. Untuk sementara menjauhi pembicaraan dan perbincangan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah dakwah. Berusaha menggali dan memunculkan apa saja yang tersembunyi di balik jiwa mad’u. Mengikuti perkembangan dan keadaan mad’u dengan seksama. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan perbincangan singkat dan saling berkunjung.
               
Kedua, meluruskan pemahaman dan membentuk kecenderungan. Kondisi mad’u biasanya tidak akan lepas dari salah satu dari beberapa keadaan berikut ini, pertama ialah ada yang masih awam dengan islam secara keseluruhan/sebagian, tapi tidak banyak mendebat dan sombong. Strategi yang bisa ditempuh, yaitu hiwar fardi (bicara empat mata), pertemuan rutin yang terarah dengan tausiyah dan penugasan, menyuruh untuk membaca buku tentang masalah ini, hidup dalam suasana yang islami. Kedua, ada yang mengerti tentang islam secara keseluruhan/sebagian, tapi ma’rifahnya menyeleweng dan tidak murni. Strateginya dengan membahas masalah ghozwul fikri dan ghozwul ‘askari (militer). Ketiga, ada yang paham tentang islam namun parsial dalam merealisasikan ajaran dan mendakwahkannya. Keempat, ada yang paham tentang Islam secara keseluruhan dan mengaplikasikannya, namun terjebak dalam kesendirian dan terjauh dari jamaah. Kelima, paham tentang islam secara integral dan menyeluruh dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Keenam, ada yang paham tentang islam secara menyeluruh, merealisasikannya, mendakwahkannya dalam sebuah jamaah, tapi jamaah yang diikutinya tidak mengambil islam secara utuh sebagai tatanan hidup. Ketujuh, ada yang paham tentang islam secara utuhdan beriltizam dengannya.
                Ketiga, Menguji kebenaran pemahaman dan kejujuran loyalitas. Pada tahapan ini harus dilakukan realisasi dari sihatul fahmi dan shidqul wala’. Caranya dengan mengikuti secara seksama perkembangan mad’u dengan cara mu’ayasyah (bergaul), mushahabah (bersahabat), dan tajribah (mengambil pengalaman) pada setiap medan kehidupan dan setiap aktivitas. Yaitu di masjid, di rumah, di saat-saat sulit, ditengah-tengah pembicaraan& di saat diam, di dalam hal makan dan minum, dalam semua bentuk muamalah, dan dalam semua kesempatan.

Model dakwah fardiyah pada zaman nabi. Nabi Muhammad SAW. begitu beragam, dan tentunya disesuaikan dengan karakter dan kondisi masing-masing objek yang akan didakwahi beliau. Begitu pula dengan para sahabat, yang mengambil pelajaran dari nabi Muhammad SAW. berdakwah disesuaikan dengan kondisi dan karakter dari objek dakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar